Dalam asuransi kendaraan, masyarakat Indonesia sudah cukup familiar dengan konsep “risiko sendiri” atau own risk. Namun dalam asuransi kesehatan, konsep ini masih sering menimbulkan kebingungan atau bahkan penolakan. Padahal, di banyak negara maju, risiko sendiri adalah hal yang lumrah dalam sistem asuransi kesehatan.
Apa Itu Risiko Sendiri?
Risiko sendiri adalah jumlah biaya yang harus dibayarkan sendiri oleh nasabah (pemegang polis, tertanggung) di luar bagian biaya yang menjadi kewajiban perusahaan asuransi.
Risiko sendiri dalam asuransi dapat berupa salah satu atau kombinasi dari dua bentuk berikut:
- Angka tetap (deductible atau pengurang klaim): Nasabah membayar jumlah tetap sebelum asuransi mulai menanggung biaya. Misalnya deductible 5 juta per perawatan dan total biaya perawatan 20 juta, maka nasabah harus membayar 5 juta terlebih dahulu sebelum asuransi menanggung sisanya sebesar 15 juta.
- Persentase (co-share atau co-pay atau pembayaran bersama): Nasabah membayar sebagian biaya perawatan dalam bentuk persentase dari total biaya yang dikenakan. Misalnya, jika co-pay sebesar 20% dan biaya perawatan 20 juta, maka pemegang polis harus membayar 4 juta sementara asuransi menanggung sisanya (16 juta).
Konsep ini sebetulnya sudah dikenal luas dalam asuransi kendaraan, asuransi properti, dan asuransi umum lainnya. Misalnya, jika terjadi kecelakaan dan ada risiko sendiri sebesar 500 ribu, pemilik kendaraan harus membayar jumlah tersebut sebelum klaim asuransi diproses. Dalam asuransi kesehatan, prinsipnya sama: ada bagian yang ditanggung sendiri sebelum perusahaan asuransi mulai menanggung sisanya.
Mengapa Risiko Sendiri Itu Penting?
Risiko sendiri pada asuransi kesehatan bermanfaat antara lain untuk:
- Menjaga premi tetap terjangkau
Salah satu manfaat utama dari risiko sendiri adalah membantu menjaga premi tetap terjangkau. Polis dengan deductible atau co-pay akan memiliki premi yang lebih rendah dibandingkan polis tanpa risiko sendiri. Hal ini karena perusahaan asuransi mengalihkan sebagian tanggungan biaya kepada pemegang polis, sehingga klaim yang diajukan menjadi lebih terkendali.
- Mengurangi klaim kecil yang tidak perlu
Dengan adanya risiko sendiri, pemegang polis menjadi lebih selektif dalam mengajukan klaim. Klaim untuk biaya kesehatan kecil yang sebenarnya bisa ditanggung sendiri akan berkurang, sehingga sistem asuransi menjadi lebih efisien dan tidak terbebani dengan administrasi klaim kecil-kecilan.
- Membantu masyarakat lebih bijak dalam menggunakan asuransi
Tanpa risiko sendiri, banyak orang cenderung menganggap asuransi sebagai “dompet ajaib” yang bisa menanggung semua biaya tanpa mempertimbangkan efektivitas penggunaannya. Dengan adanya risiko sendiri, masyarakat akan lebih cermat dalam memanfaatkan layanan kesehatan dan lebih sadar akan biaya yang mereka keluarkan. Dan dengan demikian juga diharapkan masyarakat lebih sadar untuk menjaga kesehatannya.
- Melengkapi asuransi kesehatan yang sudah ada
Orang yang sudah punya asuransi kesehatan, misalnya dari kantor, sangat cocok jika mengambil asuransi kesehatan dengan risiko sendiri. Keduanya akan saling melengkapi, sehingga saat dirawat inap, karyawan tidak perlu nombok biaya. Caranya, asuransi kesehatan dengan fitur deductible ataupun copay dipakai lebih dulu, dan risiko sendiri-nya dapat diklaim ke asuransi kesehatan kantor secara reimburse.
Bagaimana Negara-Negara Maju Menerapkan Risiko Sendiri?
Di banyak negara maju, seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Jerman, konsep deductible atau co-share dalam asuransi kesehatan sudah menjadi hal yang biasa. Dalam sistem asuransi kesehatan di AS, misalnya, polis sering kali memiliki deductible yang cukup besar, yang mendorong masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam memilih layanan kesehatan.
Di Eropa, beberapa negara memiliki skema “co-payment” atau pembayaran bersama, di mana pasien harus membayar sebagian kecil dari biaya perawatan. Dengan sistem seperti ini, masyarakat lebih bertanggung jawab atas biaya kesehatan mereka sendiri, sementara asuransi tetap berfungsi sebagai perlindungan finansial terhadap risiko kesehatan yang lebih besar.
Biasanya masyarakat di AS dan Eropa mengambil asuransi kesehatan tambahan untuk menanggung risiko sendiri (deductible/copay) yang tidak ditanggung asuransi kesehatan utama.
Risiko Sendiri dalam Asuransi Kesehatan Manulife
Dalam produk asuransi kesehatan di Manulife, risiko sendiri merupakan pilihan bagi anda yang ingin mengambil asuransi dengan premi lebih murah.
Sebagai contoh, produk MIUHC dan MIUHC Syariah, ada plan Jade dan ada plan Jade Smart. Keduanya memiliki manfaat yang sama, yaitu rawat inap dengan fasilitas kamar 2 tempat tidur di wilayah Asia kecuali Singapura-Jepang-Hongkong, limit tahunan 4 miliar, dan limit booster 6 miliar. Yang membedakan adalah plan Jade Smart mengenakan deductible sebesar 5 juta per perawatan, sedangkan plan Jade tidak mengenakan deductible.
Sebagai imbalan karena nasabah ikut membayar biaya perawatan, premi plan Jade Smart lebih murah 40% dibanding plan Jade. Misalnya untuk pria usia 35 tahun, premi plan Jade adalah 8,858 juta per tahun, tapi plan Jade Smart 5,314 juta per tahun (lebih murah 3 juta lebih). Untuk wanita usia 45 tahun, premi plan Jade 16,022 juta per tahun, sedangkan plan Jade Smart 9,613 juta (lebih murah 6 juta lebih). Ini tentunya suatu pilihan yang menarik, karena selisih preminya bisa disimpan dan sewaktu-waktu dapat digunakan untuk membayar deductible ataupun keperluan lainnya.
Demikian pula plan Topaz dan Topaz Smart, yang menyediakan kamar 1 tempat tidur di wilayah Asia kecuali Singapura-Jepang-Hongkong, sesuai tagihan dengan limit tahunan 10 miliar dan booster 8 miliar. Plan Topaz Smart mengenakan deductible 8 juta per perawatan, tapi preminya lebih murah 40%. Misalnya untuk wanita usia 45 tahun, premi plan Topaz 19,924 juta dan plan Topaz Smart 11,954 juta (selisih hampir 8 juta). Ini bisa digunakan untuk membayar deductible satu kali perawatan.
Demikian. []
Baca juga:
Untuk konsultasi tentang asuransi Manulife, silakan menghubungi saya:
Asep Sopyan (Agen Manulife)
HP/WA: 082-111-650-732 | Email: asep_sopyan@manulife.co.id | Youtube: Asep Sopyan