Tulisan ini merupakan transkrip dari perbincangan antara Rista Zwestika (Head of Financialku.com) dengan Johan Al-Rasyid (Head of Agency Recruitment Manulife Indonesia), tayang di kanal youtube Manulife Indonesia pada 26 Juli 2022. Transkrip telah diedit seperlunya.
Rista: Apa sih yang menarik buat sobat Financialku tahu sehingga menjadi seorang Life Planner di Manulife ini bener-bener bisa mendapatkan dan mewujudkan impian dari teman-teman semua. Bagaimana dari sisi komisi, kan kita perlu transparan juga…
Johan: Jadi teman-teman, kalau kita ngomongin agen itu career path as an agent, jadi benar-benar agen, penjual profesional, kayak single fighter istilahnya, nah single fighter itu cape.
Dulu Manulife punya career path dengan jenjang yang panjang. Sekarang dengan era transformasi, Manulife meng-create dengan team building. Kita harus bangun tim, supaya income itu tidak hanya income waktu kita aktif jualan dan dapat komisi, tapi juga income pasif. Income pasifnya itu jadi autopilot dengan bangun tim.
Dulu bangun tim di Manulife itu lama, sekarang bisa lebih cepat. Ada tiga level karier di Manulife, yaitu Life Planner, Business Manager, dan Business Director. Estimasi tiap level bisa naik dalam enam bulan, itu yang kita encourage. Jadi dari level LP sampai BD, dalam satu tahun itu sangat possible.
Jadi dia masuk menjadi leaders, lalu membentuk leader yang baru, supaya teman-temannya, lingkungan keluarganya, atau teman yang lainnya pun waktu masuk mereka bisa melihat, o ternyata incomenya oke ya, dan ternyata emang cepet. Itu salah satu yang kita dorong.
Dan yang paling bagus lagi bisnis ini bisa diwariskan. Ini yang jadi pembeda. Kita punya tenaga pemasar yang sudah cukup lama, yang sangat loyal dengan Manulife, ada yang 20 tahun, 25 tahun, 30 tahun. Waktu bisnis mereka sudah bertumbuh, itu harus bisa diwariskan. Makanya dengan sistem ini kita juga dorong, jangan sampai kita sudah bangun bisnis, lama bertahun-tahun, portofolionya sudah gede banget, tapi tidak bisa diwariskan.
Dan teman-teman sebenarnya kalau dilihat, justru dengan duit segitu bisa membantu menjembatani peluang bisnis yang borderless, incomenya itu gak ada batasan. Terkadang orang itu masuk dari dua pintu, ada yang masuk secara part time dan ada yang masuk secara full time.
Kalau part time itu karena mungkin dia punya income utama, masih kerja, tapi dia merasa incomenya saat ini kurang. Dia kan perlu tambahan income. Tanpa harus tinggalkan kerjaannya saat ini, dia bisa dapatkan income yang baru, dan dia bisa fokus dua-duanya. Tapi nanti ketika incomenya sudah ada peningkatan, dia bisa fokus sebagai agen asuransi. Kan ini keputusan ada di dia.
Satu lagi secara full time. Full time itu benar-benar dia sudah pikirkan dengan matang, karena mungkin dia dulu punya background sales, atau dia real entrepreneur, dia lihat peluang bisnis ini oke, dan itu sebenarnya kita kembalikan kepada kandidat. Waktu mereka join, mereka tahu apa yang terbaik buat mereka. Itu yang kita terus bantu sharpening kita punya agency.
Rista: Berapa sih modal untuk jadi Life Planner di Manulife?
Johan: Biaya cuma satu, yaitu biaya lisensi, itu 225 ribu untuk lisensi AAJI dan 128 ribu untuk lisensi AASI (syariah). Kita ada training basic, lalu training yang sifatnya intermediate, lalu beberapa sifatnya sesi couching. Jadi totally hanya modal yang disyaratkan oleh pemerintah.
Rista: Misalnya anda saat ini masih ada pekerjaan utama, boleh misalnya… tapi jangan dicoba-coba ya, tapi karena memang sudah panggilan ya untuk menjadi seorang Life Planner. Ini juga seperti malaikat tak bersayap, ya kan.
Johan: Ya karena memang kerjaan Life Planner bukan sekadar menjual produk dapat komisi. Justru nanti value mereka itu ketika mereka bisa melayani klien saat klaim. Waktu klaim itu terwujud, itu seperti pengalaman yang tak ternilai harganya. Waktu keluarga melihat, ternyata mereka dapat manfaat dari insurance.
Aku ada satu pengalaman, orangnya itu kayak.. ngapain sih bayar-bayar insurance. Ternyata waktu klaimnya cair, dan waktu penyerahan itu aku ada di situ dengan agennya, itu tuh kayak sesuatu yang membuat mereka speechless.
Rista: Itulah kenapa profesi Life Planner ini seperti malaikat tak bersayap, karena bukan hanya kita jual produk dan dapat duit tapi kita juga membantu orang bagaimana mereka terhindar dari bencana keuangan.
Lalu Jo, dari tadi kan kita ngomongin yang enak-enak aja, ada kariernya, ada komisinya, modalnya juga cuma ikut sertifikasi saja. Tapi mengenai tantangan menjadi seorang life planner, dari dulu sampai detik ini, sehingga terjadi perubahan di Manulife, apa sih yang bisa disharing kepada sobat Financialku?
Johan: I think kalau dari sisi tantangan itu banyak. Tidak semua orang pasti sukses jadi agen. Justru tantangannya adalah pertama, bagaimana para agen yang baru bergabung mau kosongin gelasnya dulu. Dan mereka buang punya gengsi. Mungkin mereka backgroundnya bagus, tapi karena “gengsi” malah jadi bariernya mereka. Challengenya kembali ke tiap life planner tsb. Karena setiap tim itu kita buat mereka punya ekosistem sendiri, komunitas sendiri, sistem sendiri, untuk mensupport teman-teman ini bisa sukses. Dan aktivitasnya itu kalau bisa harus rutin.
So far dari tim Manulife ya, dari Departement Recruitment, kita itu fokus membantu teman-teman agency leader terutama yang senior, mereka mampu bikin aktivitas mandiri.
Lalu saat engagement, recognition, kan ada agen-agen baru berprestasi, mereka juga bisa set sistem, kita bantu dampingi.
Di Manulife pusat pun ada recognition yang dari kantor pusat. Hal-hal basic seperti ini yang coba kita terus bantu.
Saat ini perusahaan fokus membantu recognize agen. Karena buat kita, komitmen Manulife untuk partner bisnis itu sangat all out. Sampai level CEO pun ingin nunjukin itu kepada agency.
Rista: Semua generasi sebenarnya bisa menjadi seorang life planner, bisa bertumbuh bareng-bareng, tapi yang penting adalah ada kemauan, ada kedisiplinan. Gak mungkin ya kaum rebahan bisa sukses, apalagi membangun tim segala macam. Kalau cuma rebahan akan sulit, betul gak?
Johan: Memang. Justru sekarang itu leader-leader senior kita banyak perubahannya. Soalnya mereka itu ingin punya tim berkembang. Mereka pengalaman sudah banyak banget, di mana mereka bisa duplikasi orang-orang agar jadi kayak mereka. Dan mungkin mereka juga bisa bantu ciptakan tim-tim yang karakternya kan beda-beda, ada yang ibu rumah tangga, eks karyawan, anak muda, ada juga tim syariah, dsb. Kita ingin tiap tim itu beda-beda karakter, beda-beda segmen.
Rista: Kalau teman-teman ingin jadi pasukan Life Planner Manulife itu persyaratannya apa, usia berapa, cara joinnya gimana?
Johan: Untuk jadi Life Planner, yang penting sudah punya KTP. Kita tidak ada batasan usia. Idealnya maksimal usia 40 sd 45 tahun, tapi di atas itu pun tak masalah. Mau background pekerjaannya orang yang sudah pengalaman ataupun fresh graduate, tak masalah. Yang penting mereka bisa cari teman atau relasinya yang memang terdaftar sebagai agency di Manulife. Berkas itu akan diproses secara digital, mereka tinggal isi link dan proses berikutnya. Yang penting mereka bisa luangkan waktu untuk bergabung di training basicnya kita.
Rista: Jo, ini tuh menarik banget ketika kita gomongin tentang dunia Life Planner. Semua orang berbondong-bondong ingin menjadi berkat buat orang lain. Saya melihat bisnis ini bisa untuk kita menjadi berkat buat orang lain. Menjadi berkat buat orang lain bukan hanya kita bagi-bagi duit aja, tapi ketika kita menolong orang lain untuk keluar atau terhindar dari risiko kehidupan. Apalagi ngomongin tentang keuangan, ini bukan sesuatu hal yang biasa.
Semoga apa yang kita bahas ini bermanfaat untuk teman-teman semua, yang saat ini kebingungan untuk mencari sebuah komunitas, atau kebingungan passion aku tuh di mana, atau buat kamu juga yang kebingungan bagaimana menciptakan passive income atau mencoba untuk berbisnis, gak ada salahnya untuk cari tahu lebih detail lagi tentang Life Planner di Manulife. [Sumber video]
Baca juga:
Untuk berdiskusi tentang bisnis asuransi di Manulife, silakan menghubungi saya:
Asep Sopyan (Business Director Manulife)
HP/WA: 082-111-650-732 | Email: asep_sopyan@manulife.co.id | Youtube: